Tahun baru lembaran baru. Begitulah orang-orang memaknai pergantian tahun. Mereka dan juga kita terbiasa menjadikan tahun baru sebagai momen untuk segera meninggalkan tahun lalu berikut pengalamannya dan bersiap menyambut “hidup” baru di tahun yang baru. Kita terbiasa membuang begitu saja pengalaman-pengalaman yang terjadi selama satu tahun ke belakang dan mengharuskan diri kita bersiap untuk tahun baru dan “hidup” baru. Seakan tahun baru seperti penghapus yang bisa menghilangkan goresan-goresan karena pengalaman baik dan buruk yang kita alami dalam setahun dan mengubahnya menjadi kertas putih yang kosong. Daripada sibuk memaksa diri kita untuk menjalani euforia tahun baru lembaran baru, bukankah lebih baik kita berhenti sejenak, menengok ke dalam diri, dan merefleksikan diri. Melihat seberapa jauh kita melangkah di tahun yang lalu dan mengambil hikmah di setiap pengalaman hidup yang terjadi. Kita bisa mengawalinya dengan bertanya pada diri kita: “Apa kabar diriku? Apakah kamu baik-baik saja?”
***
Refleksi diri (self-reflection) memang penting dilakukan. Tidak hanya di momen tahun baru, refleksi diri bisa kita lakukan kapanpun kita merasa membutuhkan waktu untuk menengok ke dalam diri sendiri. Untuk melihat dan meluruskan kembali apa sebenarnya yang kita butuhkan. Bagaimana konsep diri yang sebenarnya kita inginkan. Refleksi diri memainkan peran penting dalam pengembangan konsep diri. Penelitian menyebut bahwa kemampuan merefleksikan diri seseorang dapat menggambarkan kemampuannya dalam merefleksikan pengalaman, membuat kesimpulan dan kemudian menggunakan kesimpulan tersebut untuk membangun dan mengembangkan representasi diri. Dikatakan dalam sebuah penelitian pada seseorang dengan Borderline Personality Disorder (BPD), refleksi diri mampu meningkatkan representasi diri dan integrated sense of self.
Kita selalu sibuk dan terbiasa membandingkan pencapaian diri dengan relasi, kerabat, sahabat, teman bahkan orang asing yang kita temui di media sosial. Tanpa kita sadari, hal itu membuat kita merasa rendah diri, hilang kepercayaan diri, terganggunya konsep dan representasi diri, sedih, cemas, bahkan frustasi. Rumput tetangga selalu lebih hijau. Begitulah persepsi diri kita dalam memandang pencapaian diri dibandingkan dengan orang lain. Selama setahun, kita merasa tidak melakukan apapun, bahkan memori kita hanya terisi dengan pengalaman-pengalaman menyakitkan dan penuh dengan kegagalan yang memalukan. Namun, benarkah demikian?
Mengapa Kita Perlu Melakukan Refleksi Diri?
Kita cenderung lebih mudah dalam mengingat pengalaman dan memori buruk daripada pengalaman dan memori yang baik. Mengapa? Hal ini terkait dengan evolusi manusia yang mengedepankan insting bertahan hidup. Manusia cenderung akan mengingat memori dan pengalaman negatif karena ada banyak informasi untuk dipelajari dalam situasi-situasi yang sulit atau berbahaya, dan bahwa otak kita sangat adaptif terhadap informasi tersebut yang akan digunakan ketika situasi serupa muncul di masa mendatang. Untuk itu, kita perlu meluangkan waktu dan menarik diri dari rutinitas sehari-hari untuk benar-benar melihat “the big picture” diri kita setahun yang lalu. Refleksi diri membantu kita melihat gambaran besar diri kita. Apa yang telah terjadi, apa saja pelajaran yang dapat kita ambil, dan apa langkah selanjutnya yang bisa kita lakukan adalah 3 tahapan refleksi diri secara umum.
Refleksi Diri Adalah Langkah Awal Menentukan Resolusi
Secara umum, refleksi diri adalah melihat kembali ke dalam diri dengan tenang dan jujur untuk kemudian mengambil pelajaran yang bisa kita gunakan pada situasi-situasi yang mirip di masa mendatang. Refleksi diri bisa kita lakukan dengan mengingat satu pengalaman atau kejadian dan kemudian kita belajar dari pengalaman tersebut, menarik kesimpulan tentang apa, mengapa dan bagaimana kita merespon, apa yang perlu kita tingkatkan, apa yang tidak perlu kita lakukan, dan apa yang bisa kita lakukan selanjutnya. Hal ini agar ketika situasi yang sama datang suatu saat nanti kita bisa lebih adaptif.
Kemampuan refleksi diri ini dapat memengaruhi kualitas kesadaran diri kita, karena seperti tujuan refleksi yaitu untuk meningkatkan perilaku hidup dan mengambil pelajaran dari berbagai keputusan yang telah kita ambil. Dengan mempelajari tentang diri kita sendiri, motif kita, dan asumsi kita, kita dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan yang dapat kita manfaatkan untuk membantu diri kita membentuk versi terbaik dari diri kita sendiri. Kita menjadi benar-benar tahu dan paham tentang apa yang perlu kita lakukan, apa yang perlu kita kembangkan. Refleksi diri membantu meningkatkan kesadaran diri kita. Dengan refleksi diri, kita mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang diri kita baik emosi, kekuatan,kelemahan, dan faktor-faktor pendorong diri kita. Setelah memahami diri kita sendiri, maka kita menjadi lebih mampu beradaptasi dengan situasi yang tidak pasti atau situasi-situasi yang sulit. Refleksi diri bisa menjadi langkah awal kita menentukan resolusi hidup. Menentukan apa yang perlu kita lakukan, karena kita telah benar-benar memahami diri kita, kita sadar apa yang perlu dan tidak perlu kita lakukan.
***
Dengan merefleksikan pengalaman-pengalaman kita yang terjadi selama setahun, kita bisa melihat gambaran besar tentang apa yang terjadi pada diri kita. Apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita dengan melihat realita dari kacamata kesadaran diri kita sendiri dan bukan dipenuhi dengan judgement negatif atau penilaian yang kita lakukan secara tidak sadar. Refleksi diri juga meningkatkan kesadaran diri kita, sehingga kita tahu apa yang kita inginkan dan kita tahu cara mewujudkannya. Karena banyak yang tidak mengerti dirinya kemudian menetapkan resolusi-resolusi yang sangat ambisius dan tidak realistis, tapi sebenarnya tidak tahu apa yang dibutuhkan.
Alih-alih menetapkan setumpuk resolusi yang menuntut untuk dicapai, kita memilih untuk menetapkan resolusi yang bisa membantu kita untuk terus bertumbuh, yaitu rutin melakukan refleksi diri dengan belajar menerima dan mengambil hikmah dari setiap pengalaman hidup yang terjadi pada diri sendiri. Belajar menerima melatih kita untuk terbuka terhadap setiap pengalaman yang hadir untuk kita ambil hikmahnya dan bertumbuh setelahnya.
Resolusi tidak harus sesuatu yang besar dan berdampak spektakuler. Pencapaian hidup dan mimpi-mimpi sederhana seperti tidak lagi memutuskan untuk “melawan” semesta dan memilih untuk berdamai dengan skenario hidup dan mengambil pelajaran untuk kita gunakan di kemudian hari adalah sesuatu yang juga bisa kita jadikan untuk sebuah resolusi.
“Who looks outside, dreams; who looks insides, awakes” – Carl Jung
sumber artikel : https://pijarpsikologi.org/apa-kabar-diri-kita-selama-setahun-ini/
credit gambar : https://www.freepik.com/free-photo/thoughtful-man-looking-through-window-while-reading-newspaper_976853.htm#page=1&query=reflecting&position=25
- Kategori:
- Psikologi
Belum Ada Komentar