"To Whom Much Is Given, Much Is Required"
Hadirin dan para talenta muda yang saya kasihi dan saya hormati,
Sungguh menjadi sebuah kehormatan bagi saya, dapat berdiri di sini, di hadapan talenta-talenta muda Indonesia yang berbakat, hebat, dan berprestasi. Orang-orang pilihan yang akan menjadi harapan dan tulang punggung bangsa di masa depan. Yang akan menjadi penerus estafet antar generasi dalam mewujudkan cita-cita mulai membangun dan mewujudkan Indonesia yang Raya.
Dalam kesempatan yang baik ini, ijinkan saya untuk berbagi tentang beberapa hal yang sederhana, tapi rasanya penting dan tepat untuk saya bagikan kepada Anda semua.
Sebuah ayat dalam Kitab Suci yang saya yakini, menyatakan demikian:
“To whom much is given, much is required.”
“Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut.”
Saya yakin, semua yang berada di ruangan ini setuju bahwa kita adalah manusia yang diberi begitu banyak anugerah oleh Tuhan. Saya juga demikian.
Perjalanan hidup saya, sepenuhnya dan seluruhnya adalah berkat Tuhan. Suka dan dukanya, gagal dan berhasilnya, sehat dan sakitnya, kaya dan miskinnya. Sepenuhnya dan seluruhnya adalah berkat Tuhan.
Dan karenanya, menjadi sebuah keniscayaan bagi kita, untuk sebisa mungkin membagikan berkat yang telah Tuhan berikan bagi keluarga, perusahaan, masyarakat, terlebih bangsa Indonesia. Bangsa yang telah memberikan begitu banyak kesempatan bagi kita semua.
Sebagai wujud terima kasih yang tulus dan dalam atas penghargaan yang diberikan, dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan 3 hal sederhana. Tiga hal yang besar peranannya dalam kehidupan saya, dan mendorong saya untuk terus berbagi dan berkarya bagi Indonesia.
Yang pertama adalah LEARN FROM MISTAKES AND FAILURES.
Pengalaman hidup membuat saya sampai pada kesimpulan, bahwa justru berbagai kesalahan dan kegagalan dalam hiduplah, yang paling berharga dan menjadi pendorong kita untuk terus berupaya menjadi the better version of us. Mempelajari kenapa kita salah ambil keputusan atau kenapa kita gagal, membuat kita tidak terbawa pada kesalahan dan kegagalan yang sama. Sebaliknya, merayakan keberhasilan atau kemenangan terlalu lama, hanya akan menumpuk rasa bangga dan puas diri, yang membuat kita terlena.
Yang kedua adalah MINDSET.
Pola pikir mempengaruhi dan melandasi perilaku manusia. Pola pikir membedakan manusia dari ciptaan Tuhan yang lain. Pola pikir adalah pilihan bebas manusia, namun pola pikir yang keliru dapat membelenggu manusia. Membawa manusia pada sikap dan perilaku negatif. Ada fixed mindset, ada growth mindset. Fixed mindset menempatkan manusia pada posisi pasif, bergantung pada nasib dan keberuntungan. Growth mindset, membawa manusia pada posisi yang lebih aktif, optimis, dan keyakinan bahwa daya upaya akan lebih menentukan daripada nasib atau keberuntungan semata. Fixed mindset memenjarakan, growth mindset membebaskan.
Yang ketiga adalah VALUES.
“We have to change with changing time, but we have to hold on to unchanged values.”
Kata-kata bijak dari sahabat saya, almarhum Benny Subianto itu saya yakini benar. Kita harus terus berubah dan beradaptasi sejalan dengan waktu, namun kita juga harus berpegang teguh pada nilai-nilai luhur. Meluncur terus ke depan, tetapi dengan kaki yang kokoh berpijak pada prinsip-prinsip kehidupan.
Integrity and Ethics, Excellence, Compassion, dan Humility.
Keempat nilai luhur itu yang saya coba pegang teguh sepanjang hidup saya.
Diantara keempat nilai inti itu, Humility yang sungguh tidak mudah untuk dipraktekkan. Humility berakar dari kesadaran bahwa selayaknya kita menempatkan kepentingan yang lebih mulia di atas kepentingan pribadi.
Semakin pandai, kaya, dan kuat, semakin besar godaan untuk tidak bersikap humble. Godaan yang apabila tidak kita kendalikan, akan membawa kita pada kondisi stagnan, serakah, dan merasa diri sebagai pusat dunia. Humility membangun keberanian untuk menerima masukan yang jujur. Humility mendorong terjadinya proses perbaikan diri yang konstan. Humility membuat kita menempatkan kepentingan yang lebih besar di atas kepentingan kita pribadi.
Humility membangun keikhlasan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Humility tidak berpamrih, tidak mencari panggung dan kehormatan diri. Humility membangun diri kita menjadi orang yang toleran terhadap perbedaan dan keberagaman.
Less for self, more for others, enough for everyone.
Bapak dan Ibu yang saya hormati, kembali pada judul sharing saya hari ini:
“TO WHOM MUCH IS GIVEN, MUCH IS REQUIRED”.
Saya yakin, kita semua sepakat, bahwa kita adalah manusia yang banyak mendapatkan anugerah dari Tuhan. Saya mengingatkan diri saya sendiri dan saudara-saudara semua, untuk lebih mudah bersyukur dan terus berupaya berbagi bagi sesama, dalam bentuk dan skala apapun.
Setiap kita punya panggilan dan tanggung jawab moral yang sama untuk berbagi, menolong orang lain. Terlebih sebagai anak bangsa, yang lahir dan berkarya di Indonesia. Patut kiranya kita juga ambil bagian dalam upaya besar mewujudkan Indonesia yang Raya. Indonesia yang lebih sejahtera, bermartabat, dan bersatu meski berbeda.
Anak-anakku, talenta muda Indonesia yang saya banggakan. Teruslah membangun diri, jangan cepat puas, dan selalu ingat untuk menjadi bagian yang aktif dalam memecahkan masalah bangsa. Teruslah berkarya membangun negeri.
Para senior yang saya hormati, yang sudah lebih berpengalaman menghadapi hidup, saya mengajak Anda semua untuk terus menjadi PANUTAN dan memberikan KEPERCAYAAN serta KESEMPATAN seluas-luasnya kepada generasi baru untuk lebih berperan dalam menyongsong masa depan.
Akhir kata, sekali lagi, terima kasih yang dalam dan tulus atas penghargaan yang diberikan. Semoga juga bisa menjadi pendorong dan inspirasi bagi kita semua.
Jakarta, 13 November 2019
Oleh : TP. Rachmat dalam TPR Speech, Lifetime Achievement Award, Ernst & Young, 2019.
- Kategori:
- Lain-lain
Belum Ada Komentar