Kisah 4 atlet Asian Para Games
Kisah 4 atlet Asian Para Games
Kisah 4 atlet Asian Para Games

Semangat pesta olahraga difabel tingkat Asia, Asian Para Games 2018, sudah mulai semarak. Kesuksesan pelaksanaan Asian Games 2018, beberapa waktu lalu, menjadi suntikan semangat buat pesta olahraga berikutnya.

Perhelatan akbar ini akan digelar di Gelora Bung Karto, Jakarta, 6-13 Oktober 2018. Indonesia patut bangga, karena kembali dipilih sebagai tuan rumah. Dalam ajang pertandingan olaraga ini, akan ada 18 cabang olahraga dengan 568 nomor. 

Udah tahu belum, Indonesia sudah banyak menuai prestasi di ajang ini. Selain Asia, juga ASEAN hingga dunia. Beberapa di antaranya, perolehan 126 emas, 75 perak, dan 50 perunggu di ASEAN Para Games 2017, 9 emas, 11 perak, dan 18 perunggu di Asian Para Games 104, serta  1 emas, 5 perak, dan 5 perunggi di Asian Para Games 2010.

Di balik sejumlah prestasi yang Indonesia peroleh, ada para atlet yang berjuang sekuat tenaga.

Sebelum bertemu mereka saat Asian Para Games 2018 dihelat, yuk kenalan dan simak kisah inspiratif mereka, berikut ini:

1. Jendi Panggabean 

Image result for jendi pangabean

Jendi terlahir dengan dua kaki. Namun, kecelakaan yang ia alami di usia 11 tahun membuat satu kakinya tak terselamatkan. 

Mau tak mau, kaki kiri Jendi harus diamputasi dari pangkal paha. Hebatnya, Jendi remaja bisa menerima kondisinya dengan baik. Ia juga tak merasa keberatan mengenakan kaki palsu.

Meski kondisi fisiknya bisa ia terima, beban mental harus ia alami. Lambat laun,  kecemasan tak bisa sukses lantaran kondisinya tersebut membuat ia mulai tak percaya diri. Apalagi, hal tersebut juga menghantui pikiran kedua orangtuanya. 

Tak lama-lama menyesali nasib, Jendi justru termotivasi untuk memberikan yang terbaik, untuk dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Sebagai peralihan dari tekanan yang dialami, ia rutin melakukan hobinya, yaitu berenang. Menurutnya, berenang adalah cara dia bersenang-senang. 

Tak disangka, hobinya tersebut membawa ia pada berbagai ajang olahraga hingga tingkat internasional. Ia juga pernah menyabet mendali emas SEA Games 2017 Malaysia dan mendapat hadiah jabatan PNS dari pemerintah. 

2. Muhammad Fadli Immammuddin

Image result for muhammad fadli imammudin

Tiga tahun sudah sejak tragedi kecelakaan di lintasan sirkuit Sentul, Bogor. Kecelakaan tersebut berimbas pada hilangnya kaki kiri Fadli, salah satu pembalap andalan Indonesia. Kejadian tersebut tentu bagai mimpi buruk bagi Fadli. Apalagi kalau bukan karena terancamnya karier ia sebagai pembalap motor. 

Namun, jelas Fadli punya mental yang luar biasa. Kariernya sebagai pembalap motor memang terhenti, tapi kariernya sebagai atlet masih terbentang lebar. Fadli akhirnya menekuni olahraga balap sepeda dengan alat bantu di kaki kirinya. 

Pada debutnya di Kejuaraan Balap Sepeda 2017 yang berlangsung pada bulan Februari, ia berhasil menempati peringkat empat. Beberapa bulan setelahnya, di ASEAN Para Games 2017, ia menyabet hingga empat medali, dua perak dan dua perunggu. 

3. Ni Nengah Widiasih

Ni Nengah Widiasih (YouTube)

Pada usia 3 tahun, Ni Nengah Widiasih (Widi) mengalami demam hingga kejang-kejang. Meski segera dibawa ke dokter, kondisinya tak lekas membaik. Kakinya justru terasa lemas hingga tak bisa digerakan. Berbagai pengobatan pun dilakukan. Dari rumah sakit hingga pengobatan alternatif. Kelumpuhan harus ia alami.

Widi tumbuh sebagai anak-anak yang kurang percaya diri. Namun, ia memiliki keluarga hebat yang terus mendukung dan tidak pernah membatasi aktivitasnya. Termasuk, kegemaran Widi mengikuti sang kakak, I Gede Suantaka yang merupakan seorang lifter. 

Saat itulah, ada pelatih yang turut melatih Widi. Kegigihan Widi dan pelatihnya, membawa Widi menjadi juara meski baru latihan selama tiga bulan. Sederet prestasi lainnya pun ikut menyusul. Mulai dari medali perak di Asian Para Games 2014 hingga medali perunggu di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. 

4. Dian David Michael Jacobs

Dian David Michael Jacobs (Dok Tempo)

Dian David Michael Jacobs adalah atlet tenis meja kelahiran Ujung Pandang, Sulawesi Selatan. Sejak lahir, ia mengalami masalah fungsional pada tangan kanannya. Kariernya sebagai atlet bermula karena sering mengikuti kakaknya yang suka bermain tenis meja. 

Meski awalnya hanya sebagai ajang bermain, ternyata ia memiliki bakat yang tak bisa disepelekan. David bahkan pernah mengalahkan pemain terbaik Indonesia non-difabel. Prestasi sebagai juara Nasional pada 2000 tersebut mematahkan pandangan miring yang sering ia terima dari banyak pihak.

Sekalipun telah menuai prestasi, bukan berarti David bebas terhindar tindakan bully. Ia bahkan pernah ditertawakan orang lain saat ikut pelatnas tenis meja non-difabel. Namun, sekalipun hal tersebut sempat membuat David minder. Di sisi lain, pengalaman pahit itu bagaikan obat yang membuatnya makin kuat dan berkembang. 

Target mendunia, David yang sempat pensiun dari timnas tenis meja Indonesia, akhirnya memutuskan terjun di para tenis meja. Ia pun kembali menuai prestasi. Salah satunya adalah medali perunggu di sektor tunggal putra. Medali tersebut menjadi medali pertama yang diraih Indonesia pada Paralimpiade setelah 20 tahun.

David dengan lantang membalas tindakan-tindakan bully yang ia terima dengan sejumlah prestasi yang membanggakan. 

Sama sekali bukan hal mudah bagi mereka hingga menjadi seorang atlet. Barangkali bukan sekali dua kali mereka menerima tindakan diskriminatif seperti diremehkan hingga tindakan bully

Tapi, mereka berhasil membalas sikap negatif yang mereka terima dengan prestasi yang mengharumkan bangsa. 

Jadi, gak sabar lihat aksi mereka di Asian Para Games 2018 nanti. Mari kita dukung bersama!

Sumber : https://www.moneysmart.id/kisah-empat-atlet-asian-para-games-2018-ini-sangat-inspiratif/

Komentar
Belum Ada Komentar
Tambahkan Komentar