Genjot 2020
Tahun 2020 memang unik. Ini adalah akhir dari dekade yang lumayan dinamis, baik secara perkembangan teknologi, politik dan aspek kehidupan lainnya. Namun waktu berjalan terus.
Waktu tidak menunggu kita. kita akan memasuki dekade baru yang lagi lagi lumayan misterius. Kita pun, tua muda, dari golongan dan suku apa pun akan merasakan pergantian tahun ini. Ada yang berusaha melakukan refleksi. Banyak juga yang secara dramatis membuat resolusi pribadi, banyak olah raga, makan lebih sehat, menabung lebih rajin dan lain lain.
Kalau mau jujur, kita pun lalu mempertanyakan, mengapa resolusi tahun lalu itu banyak yang tidak tercapai juga. Mungkin sasaran yang tidak terlalu terukur, atau bisa saja tidak ekstrem, seperti "mengurangi kebiasaan merokok" dan bukan "berhenti merokok". Yang jelas, pencapaian sasaran memang butuh disiplin yang sangat kencang.
Apakah di antara kita, ada yang sudah mencanangkan perubahan di awal tahun lalu? Dalam bisnis mungkin ini berkenaan dengan efisiensi, atau juga gaya kerja, seperti policy paperless, yang ternyata juga walau tampak mudah, sulit dilaksanakan. Apakah di antara kita pernah menelaah bagaimana kita menjalankan perubahan di tahun lalu itu? Sadarkah kita bahwa cara berubah pun sudah berubah?
"Change is changing"
Sudah kira-kira dua dekade kita disibukkan dengan change management karena orang memang terdesak untuk berubah dan membuat lompatan drastis. Pertanyaannya, apakah kita masih bisa mempraktikkan change management yang sudah bisa kita anggap old school itu? Bukankah memang dari dulu hasil perubahan harus terlihat lebih cepat dan tahan lama? Tetapi sekarang: We need to start thinking and acting differently about change.
Konteks organisasi sudah berubah. Sekarang the new normal, istilah untuk perubahan mengagetkan tanpa kode, sedang terjadi. Perubahan fundamental dalam organisasi ataupun institusi tidak bisa dihitung risikonya, tetapi justru dihitung berdasarkan kemungkinan-kemungkinan, agility, kesempatan.
Jadi perubahan tidak lagi dikelola, tetapi kita mesti melompat dan masuk dalam arus perubahan itu. Bagaimana caranya? Kita tidak lagi bisa menunggu sampai budaya perubahan tumbuh di organisasi kita. Kita sudah perlu memaksa agar setiap individu mempunyai kekuatan untuk melakukan perubahan sendiri dengan irama dan skala yang ia tentukan sendiri. Perilakunya harus berubah.
Kita perlu berperilaku seperti orang yang berselancar. Perubahan yang terjadi sekarang, persis seperti ombak, tak pernah berhenti. Ombak pun tidak pernah sama, walaupun ada polanya: yang bergulung, yang tinggi ataupun yang pecah. Seorang peselancar yang sukses pasti mengerti bentuk dan sifat sifat ombak yang datang.
Demikianpun individu dalam organisasi. Setiap orang harus going deep dan going broad dalam pendekatannya. Kita tidak bisa lagi hanya ikut ikutan ataupun hanya bekerja keras saja. Pendalaman terhadap pekerjaan ini sering disebut sebagai spikes. Selain itu, individu tidak cukup hanya menguasai satu spike. Organisasi juga perlu efisiensi. Setiap individu perlu mempunyai wawasan dan persepsi yang lebih luas terhadap proses bisnis perusahaan.
Jadi, pada saat kita terkaget-kaget dengan perubahan dalam teknologi, kita perlu betul-betul memikirkan aspek kemanusiaan dari manusia. Genjotan perubahan harus kita paksakan pada manusia dalam organisasi. Dan, jangan lupa, setiap individu dalam organisasi hanya bisa menggenjot perilakunya dengan rasa senang. Seperti yang diungkapkan Phil Edwards, peselanjar ternama: “The best surfer out there is the one having the most fun.”
"The progress principle"
Setiap individu dalam organisasi akan menentukan sukses organisasi. Satu individu yang tidak happy, atau tidak maju-maju, akan merupakan duri dalam daging dalam organisasi karenanya kita juga perlu mempertimbangkan bagaimana individu bisa bahagia dengan ketegangan perubahan ini. Individu pada dasarnya ingin berkontribusi, sekecil apa pun.
Kita sudah melewati pergantian tahun. Sudah waktunya kita melihat ke depan, dan merinci kemajuan kemajuan yang kita alami. Kita perlu awas terhadap kebutuhan me-refresh sasaran kita, mengumumkan pencapaian, mengganti personil, dan merayakan kesuksesan kesuksesan kecil. Dari sini kita akan melihat bahwa hawa progress tertanam di benak setiap individu dalam organisasi, dan semoga setiap individu lebih giat dalam mencari peluang, dan membantu teman kerjanya untuk maju mencapai sasaran masing masing.
"Start over" setiap hari
Kita perlu belajar dari manajemen restoran juga. Ada restoran yang sudah ternama yang sering mendapatkan testimoni dan komen komen positif, dan sesekali mendapatkan kritik. Pemilik restoran selalu menanggapi pujian maupun kritik secara serius, demi perbaikan restorannya.
Menjelang penutupan restoran, para pekerja dikumpulkan selama 5 menit membahas apa yang dikatakan pelanggan, baik atau buruk, dan rencana perbaikannya. Keesokan hari dimulai dengan briefing di pagi hari, dan pemilik restoran mengajak para karyawan untuk start over lagi. Memulai hari dari nol kembali, dan berusaha sebaik baiknya memuaskan pelanggan. Sikap start over ini membuat para karyawan selalu awas terhadap perubahan, dan tidak pernah merasa sudah puas berada di puncak kemenangan. “Starting over is about moving on from the past, which could have been good or bad.”
Sikap seperi ini perlu menjadi sikap mental kita dalam memulai tahun baru ini. Yang sudah terjadi, sudah terjadi. kita perlu memulai tahun ini dari nol. Apa pun bisa terjadi, yang penting kita siap menghadapinya, dengan semangat yang segar.
Selamat memasuki dekade baru
Kalau di dekade pertama dalam abad ini, kita menyaksikan awal-awal dari krisis ekonomi, dekade berikutnya, kita mengalami perluasan globalisasi. Perusahaan-perusahaan start up tidak saja tumbuh di Silicon Valley, tetapi sudah merambah ke mana-mana, termasuk Asia dan Indonesia.
Mobil listrik, drone, artificial intelligence, robot tumbuh pesat. “Sharing economy” menjadi kenyataan. Perusahaan seperti Grab, Gojek, Airbnb, Tokopedia mengembangkan bisnis yang bisa dinikmati oleh jutaan pengusahan kecil. Dunia kesehatan sudah dilengkapi dengan alat-alat yang canggih, sehingga tindakan tindakan pun sudah tidak terlalu berisiko seperti pada dekade-dekade lalu. “Funding” dalam dunia bisnis terutama di kalangan startup sudah menjadi tren yang mengasyikkan.
Cara pikir anak muda wirausaha sudah bukan lagi sekadar membangun bisnis dan mengembangkannya menjadi besar, tetapi lebih kepada menjualnya kepada peminat peminat venture capital. Paket kompetensi STEM (science, technology, engineering, dan math) sudah mulai banyak berkembang, dan sudah terlihat persentase yang nyata dan berimbang antara pria dan wanita.
Nah, apa yang akan kita hadapi dalam dekade ini? Kita perlu menyambut perkembangan deep technology seperti sistem komunikasi 5G, manufaktur digital. Kita perlu mengembangkan individu agar ide-ide besar muncul dari organisasi kita. Pasar dan outsource sudah demikian mengglobal sehingga berpikir dalam konteks nasional saja bisa bisa ketinggalan zaman. Mari berkreasi!
Sumber: harian Kompas karier 4 Januari 2020, oleh Eileen Rachman & Emilia Jakob
- Kategori:
- Motivasi
Belum Ada Komentar