Tantangan Kerja dari Rumah dan Cara Menyiasatinya
Tantangan Kerja dari Rumah dan Cara Menyiasatinya
Tantangan Kerja dari Rumah dan Cara Menyiasatinya

PT Unilever beroperasi di Indonesia sebelum Indonesia merdeka. Tepatnya dimulai pada 5 Desember 1933. Perusahaan dengan kantor pusat di London dan Rotterdam ini mengalami era 2.0, 3.0 dan yang paling baru 4.0. Khusus untuk operasional di Indonesia yang melintasi zaman dengan tetap menjadi pemimpin pasar pada sebagian besar produknya, manajemen Unilever memberi semacam keistimewaan. Salah satu keistimewaan itu adalah kantor pusat Unilever Indonesia di kawasan BSD Tangerang. Kantor didesain dengan megah, artistik, dan didukung oleh teknologi terbarukan. Kantor pusat Unilever Indonesia merupakan kantor pertama di Indonesia yang menerapkan prinsip kantor tanpa sekat. Setiap karyawan bisa bekerja di ruangan apa saja, pada lantai berapapun juga. Pun kantin didesain tidak sekadar tempat untuk makan, namun juga bisa tempat untuk bekerja, bahkan untuk rapat. Kantor Unilever lebih banyak ruang rapat dan ruang terbuka dibanding seperti lazimnya kantor yang banyak ruang-ruang untuk bekerja karyawan. Kantor pusat Unilever Indonesia memenuhi semua syarat bagi karyawannya untuk bekerja di ruangan mana saja. Karena terbiasa bekerja di berbagai ruang tanpa harus satu ruang dengan satu divisi yang sama, ketika perusahaan memberi kesempatan bagi karyawannya untuk kerja dari rumah (KDR), berjalan dengan efektif. Hal demikian karena budaya (kebiasaan) kerja yang mobile sudah dimiliki karyawannya. Semua prasyarat untuk KDR tersedia: budaya kerja, teknologi dan perkakas kerja karyawan. Tokopedia Berbeda dengan Unilever adalah Tokopedia. Jelas Tokopedia adalah anak kandung digital. Perusahaan ini lahir, tumbuh dan besar di era digital. Semua karyawannya adalah kaum milenial. Dengan segala minat, kreativitas dan mobilitas, generasi milenial perilakunya berbeda dibanding dengan generasi sebelumnya. Salah satu perilaku itu adalah dalam bekerja. Mereka inginnya ruangan kantor tanpa sekat, didesain ala milenial dengan berbagai fasilitasnya. Termasuk perilaku untuk bekerja dari mana saja. Dalam hal ini tentu juga KDR. Menariknya, semua keinginan dan fasilitas seperti biasa diharapkan karyawan milenial dipenuhi oleh manajemen Tokopedia. Hanya satu yang tidak ada di Tokopedia: KDR. Bekerja di Tokopedia seperti bekerja di perusahaan konvensional: 8 jam sehari. Semua pekerjaan dilakukan di kantor.

Mengapa Tokopedia sebagai anak kandung digital ketika menerapkan jam kerja justru seperti perusahaan konvensional dan meniadakan KDR? Jawabannya sederhana seperti dulu terjadi ketika rekan pendiri Tokopedia Leontinus Alpha Edison bekerja di tempat lain dan mempraktikkan KDR: kedisiplinan. Leontinus lebih sering main games dan aktivitas lainnya ketimbang mengerjakan tugas-tugas kantor ketika mempraktikkan KDR. Pun ketika perusahaan mau mengadakan konsolidasi maupun rapat yang sifatnya mendadak dan strategis. Rapat menjadi tidak efektif karena peserta tersebar di berbagi tempat tanpa tatap muka langsung. Sekali dua kali rapat dengan telekonferensi adalah efektif. Tapi selanjutnya menjadi kurang efektif karena tidak muncul perdebatan yang akan menghasilkan ide-ide kreatif. Tentang KDR Virus korona di Indonesia merebak sangat cepat. Untuk mengatasi pandemi karena penyebaran virus korona yang sudah masif, pemerintah membuat berbagai keputusan. Salah satu keputusan itu adalah membebaskan kementerian dan departemen untuk mengatur karyawannya KDR. Pun pemerintah menganjurkan perusahaan maupun lembaga swasta lainnya bagi karyawannya untuk KDR. Keputusan pemerintah ini tepat dan layak ditindaklanjuti karena memang ada jenis-jenis pekerjaan yang bisa dituntaskan dari rumah. Hanya saja praktik KDR tidak sesederhana seperti diucapkan. Ada syarat teknis dan non teknis yang perlu dipenuhi, baik itu dari karyawan maupun lembaganya. Syarat teknis yang perlu disediakan adalah perkakas kerja (laptop atau komputer), jaringan internet, data yang mudah diunduh, dan perkakas komunikasi lainnya yang memudahkan karyawan untuk saling berinteraksi dengan karyawan lainnya. Syarat teknis lainnya adalah ruangan di rumah untuk bekerja. KDR dalam konteks sekarang bukan karena didesain dari awal. Namun lebih karena “kecelakaan.” Alhasil banyak rumah karyawan yang tidak siap untuk dijadikan tempat bekerja. Entah karena memang ruang rumahnya terbatas sehingga tidak nyaman untuk bekerja, maupun jaringan internet (komunikasi lain) yang terbatas.

Lebih penting dari syarat teknis adalah non teknis. Ini berhubungan dengan budaya kerja. Memindahkan budaya kerja yang sudah terbentuk dari kebiasaan bekerja di kantor menjadi bekerja di rumah, perlu penyesuaian yang tidak mudah. Sistem yang berjalan di tempat kerja membentuk kebiasaan karyawan dalam pengelolaan waktu, sistematika bekerja dan interaksi yang langsung terhubung dengan karyawan lain. Sementara ketika KDR tidak ada sistem yang mengatur. Kedisiplinan diri yang ketat pada batas waktu (deadline) dan fokus pada pekerjaan menjadi sebuah keharusan. Khusus bagi karyawan yang mempunyai anak balita atau anak usia sekolah, juga menjadi tantangan sendiri. Mengubah pola pikir bahwa jam kerja ketika di rumah adalah waktu untuk bekerja bukan waktu untuk keluarga, bukan perkara mudah. Terlebih bertemu dengan keluarga terbatas pada pagi hari ketika mau berangkat dan malam hari ketika pulang dari kerja. Konsentrasi akan terbagi untuk keluarga dan pekerjaan. Bagaimana supaya produktif Bekerja dari rumah menjadi pilihan bagi banyak karyawan pada saat ini. Bagaimana agar perpindahan tempat kerja ini tetap membuat karyawan produktif? Pertama, mengubah pola pikir bahwa di rumah itu adalah bekerja, bukan berlibur. Kiat sederhana untuk menjaga pola pikir adalah dari cara berpakaian. Tetaplah berpakaian seperti orang kerja, walaupun dengan jenis pakaian yang lebih santai dan sederhana. Awal mula bekerja dari rumah dengan menggunakan pakaian rumah (misal daster bagi perempuan dan celana kolor kaos oblong bagi laki-laki) maka mengubah pola pikir akan menemui kegagalan. Kedua, disiplin yang ketat. Mulai bekerja sesuai dengan jam ketika masuk kantor. Di tengah bekerja meluangkan waktu untuk bercengkerama bersama keluarga atau mengerjakan hobi yang lain, tidak menjadi soal. Hanya saja meminjam kuadran Eisenhower, pekerjaan kantor tetap menjadi kuadran penting-mendesak dan penting-tidak mendesak. Bertemu keluarga atau mengerjakan aktivitas lain adalah kuadran tidak penting-tidak mendesak. Ketiga, pastikan perkakas pendukung kerja (laptop, komputer, jaringan internet, alat komunikasi atau apapun yang biasa dipakai saat bekerja) dapat digunakan dengan maksimal. Bekerja dari rumah yang sifatnya individu bukan komunal seperti ketika bekerja di kantor, perkakas pendukung kerja alhasil menjadi faktor mutlak untuk menuntaskan pekerjaan. Perkakas kerja merupakan senjata utama untuk KDR. Selamat bekerja dari rumah dengan kinerja yang justru bertambah optimal.

Sumber : https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/17/183124765/tantangan-kerja-dari-rumah-dan-cara-menyiasatinya 

Komentar
Belum Ada Komentar
Tambahkan Komentar